Siapkah Kita Bila Maut Datang Menjemput Kita

“Siapkah Kita, Bila Maut Datang Menjemput Kita”
Taufik Ismail

Dapatkah kita menduga, atau mengira, bilamana ajal akan tiba dimana umur kita berakhirnya.
Dapatkah kita merencana atau berjanji bagaimana cara kematian akan kita alami sehingga kita siap rohani dan jasmani.
Dapatkah kita memohon jatah umur, jatah umur bagi kita yang tepat, misalnya sehabis Ramadhan atau sehabis Berhaji ketika dosa diampuni dengan tamat dan nyawa dicabut malaikat ketika kita dalam keadaan sehat.
Dapatkah waktunya kita majukan atau mundurkan ketika nafas terakhir itu dihembuskan dan sorotan mata kita dikosongkan.
Dapatkah kita membereskan segala yang terlalai, hutang – hutang, janji – janji, kerja yang terbengkalai, cita – cita yang belum tercapai.

Siapkah kita, siapkah kita, bila maut datang menjemput kita.

Dapatkah kita menekan semua bentuk kesombongan, dan kepada orang – orang yang hatinya kita sakitkan, dengan membungkuk kita merendah minta dimaafkan.
Dapatkah kita menyaring pergosipan dan pergunjingan lalu pada suatu waktu ke waktu, total dihentikan sehingga daging saudara sendiri kita, tidak dikunyah tidak dimakan.
Dapatkah kita menghabisi semua ganjalan – ganjalan, iri hati, kecemburuan yang dibisikan jin ditelinga kanan dan kiri, dan kemudian mereka kita usir sejauh – jauhnya dengan ayat kursi.
Dapatkah kita musnahkan perilaku ujub dan ria kita, suka mencerca di dalam hati, pamer jasa dan harta, dan berhenti menyebut – nyebutnya.
Dapatkah kita dengan tepat melakukan evaluasi terhadap harta benda yang selama ini kita akumulasi, sehingga benar – benar bersih bagi yang akan diwarisi.
Dapatkah kita membayangkan,, jantung kita.. Jantung kita,, yang berpuluh tahun bekerja setia setiap detik dia berdenyut untuk kelangsungan hidup kita... Kemudian siapkah kita bila dia berkata,, jantung kita bekata "Nah sudah, sudah cukup sampai disini saja"

Siapkah kita, bila maut datang menjemput kita.

Di suatu masa, di suatu tempat maut akan tiba.
Beratus kemungkinan waktunya, beribu kemungkinan tempatnya, melalui gabungan kemungkinan bentuk dan cara.
Lewat penyakit,, kecelakaan,, perang, berbagai bencana.
Di dalam rumah, di kendaraan, di jalan raya, di alam terbuka.

Kemudian, kemudian kemarin, maut melalui bencana yang datang tiba – tiba, tiba – tiba, tiba – tiba serta tepat pada detik terjadinya, kita yang menyaksikan, kita yang menyaksikan semua terpana, menundukan kepala, semua terpukul terguncang terhempas terobek tiada sepatah kata dan semua kita menitikan air mata.

Mereka, mereka saudara saudara kita itu berlarian di jalan raya, berlarian kesana kemari di jalan raya, mereka lari kesana kemari dengan wajah yang luar biasa sedihnya, kemudian kendaraan silang siur kemana pula mereka perginya, sementara itu bumi bergoyang, bumi bergoyang, bumi berguncang luar biasa.
Kabel putus habis, tiang listrik yang bengkok patah tiga, rumah punah, hotel rubuh, truk remuk, rumah terbakar, asrama rata.
Kemudian, kemudian, kemudian beratus, beribu banyaknya bangunan ambruk bersama begitu banyak jenazah – jenazah dihitung
Mula – mula seratus, kemudian dua ratus, kemudian tiga ratus, kemudian empat ratus, lima ratus, mereka jenazah, dibawah puing, ditengah puing, diatas puing berada.
Kemudian jenazah anak –anak, anak – anak, anak – anak yang sedang menuntut ilmu mereka rubuh dibangunan tempat mereka menuntut ilmu dan itu semua menyesakkan udara, menyesakkan udara di dada kita semua.
Wahai padang kota tercinta, wahai sumatera barat ranah yang tercinta, betapa berat cobaan bagi kita semua.
Jannah jualah kiranya, jannah jualah kiranya bagi mereka yang telah mendahului kita, saudara kita, kemudian nanti maut akan menjemput kita juga.
Kemudian kita bertanya, Rabbana, Rabbana bisakah kami menyusul ke firdaus yang sama.
»»  READMORE...
 
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Let's Go'Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger